Soto Garing (toring) Khas Klaten

  • May 29, 2024
  • Hendra Kurniawan

SOTO Garing, secara bahasa berarti soto kering. Bisa diartikan soto tanpa kuah, atau dihilangkan kuahnya.
Terdengar asing bagi orang awam. Apalagi di Indonesia, soto menjadi salah satu dari ragam kuliner nusantara. Hampir di setiap daerah memiliki menu soto dengan ciri dan keunikan masing-masing. Tentu identik dengan kuah panas yang sedap dan menggugah selera. Lantas kenapa soto garing atau acapkali disebut toring (akronim dari so-to ga-ring) harus “dihilangkan” kuah yang menjadi ciri utama dari hidangan soto?

Toring sudah menjadi bagian dari masyarakat Klaten. Hidangan ini seringkali dijadikan sebagai menu sarapan, beberapa bahkan jadi menu bekal makan siang saat bekerja.

Ini dilatarbelakangi toring dapat disajikan dengan cepat dan mudah. Selain itu, tidak adanya kuah menjadikan toring mudah dikemas dan disantap kapan pun diinginkan. Makanan ini memang agak laen tapi rasanya bikin nagih.

Berdiri sejak tahun 1973, Warung Soto Bu Yati ini memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga tercetus menu soto garing. Sudiman sebagai pemilik warung sekaligus suami bu Yati menuturkan beberapa kali ganti menu makanan untuk dijual.

“Pertama saya jualan sop, jualan sop doh jeleh (tapi pembeli bosan) karena dimana-mana ada sop. Ganti nasi goreng, bakmi goreng, Tapi capek mas, karena masak satu porsi-satu porsi terus diantar. Terus saya suka kulineran, dimana-mana soto kok ra jeleh (pada nggak bosan). Terus saya bilang ke istri, ganti soto aja bu,” jelas Sudiman. Setelah itu berdirilah Warung Soto Bu Yati, namun, hidangan yang disajikan masih soto seperti biasanya soto dengan kuah.

Hingga pada suatu waktu ada anak kecil saat makan minta tidak menggunakan kuah, pemilik warung pun mengkreasikan soto tanpa kuah. Bermula dari ketidaksengajaan itu, beberapa anak bahkan orang dewasa juga memiliki selera soto tanpa kuah.

Selain berawal dari ketidaksengajaan, Toring juga mudah menjadi bekal untuk para pekerja tanpa takut mbededek (layu berair). Sudiman bercerita dahulu para pegawai pabrik karung goni membutuhkan makanan untuk dibawa ke pabrik. Jika soto kuah, maka akan mudah medok atau layu berair sehingga kerepotan.

“Selera pegawai pabrik kalau kuah nanti medok. Lalu saya buat soto garing, bahan sama nasi, seledri, bawang dan lainnya tapi tetap pakai kuah sedikit dua tetes untuk aroma, setelah itu disiram kecap asin sedikit,” papar Sudiman.

Berbeda dengan soto yang pada umumnya yang disajikan menggunakan mangkok dan sendok agar mudah disantap bersama kuah, Toring disajikan menggunkan piring bahkan bisa sambil muluk (memakan dengan tangan). Satu porsinya terdiri dari nasi putih, tauge, seledri, kol, bawang merah goreng, suwiran ayam, diberi kecap, dan sedikit penyedap.

Ada 2 jenis Toring, yakni yang tak sepenuhnya kering yang ditambahkan sedikit kuah dan kecap asin serta ada toring yang kering tanpa tambahan kuah yang diberi sedikit kecap manis. Sebagai pelengkap bisa ditambahkan babat, iso, gorengan, dan tahu tempe bacem. Jangan lupa untuk menambahi sambal agar pedasnya makin terasa. Cita rasa sepiring soto garing sangatlah unik dibandingkan dengan soto-soto biasa. Ada rasa gurih dari penyedap dan rasa manis-asin dari kecap yang dituangkan ke atas soto garing ini.